Sebuah video viral di media sosial lantaran menunjukkan seorang pria menendang sesajen di lokasi erupsi Gunung Semeru, Lumajang, Jawa Timur, sejak Selasa (11/1/2022). Pria tersebut marah saat melihat beberapa sesajen yang tersimpan di tengah hamparan bekas erupsi itu. Ia lalu mendekati sesajen di depannya. Ia juga menyampaikan sebuah kalimat, yang menganggap sesajen itu adalah hal yang membuat Yang Maha Kuasa jadi murka, hingga menurunkan bencana di daerah tersebut.
“Ini yang membuat murka Allah, jarang sekali disadari bahwa inilah yang mengundang murka Allah hingga menurunkan azabnya." Ungkap pria tersebut.
Perwakilan GP Ansor kemudian melaporkan pelaku dalam video tersebut dengan dugaan tindak pidana ke Polres Lumajang. GP Ansor melaporkan pelaku atas dasar pasal 156 KUHP tentang ujaran kebencian dan penghinaan terhadap suatu golongan.
Pria tersebut akhirnya berhasil ditangkap polisi. Dari berbagai sumber informasi yang dihimpun, penangkapan dilakukan di Gang Dorowati, Bantul, Kamis malam (13/1/2022) pukul 22.40 WIB.
Setelah ditangkap, pria yang diketahui berinisial HF itu dibawa ke Mapolsek Banguntapan, Bantul untuk pemeriksaan awal. Kapolres Lumajang, AKBP Eka Yekti Hananto membenarkan itu. Setelah diinterogasi di Mapolsek Banguntapan, HF dibawa ke Mapolda Jatim untuk proses lebih lanjut.
Tak lama, HF menjadi tersangka. Sementara itu Kuasa hukum HF, mengatakan bahwa penetapan kliennya sebagai tersangka tidak sesuai prosedur. Padahal, kliennya sudah ingin mendatangi Polda Jatim untuk klarifikasi. Namun sudah tertangkap duluan.
“Penetapan ini menurut kami sangat prematur karena pada pemanggilan sudah ada klarifikasi, apabila panggil, bisa akan datang sebagai WN yang baik dan taat hukum,” terang Moh Habib Al Qutbhi, kepada wartawan, Sabtu (15/1/2022).
Menurutnya, kliennya itu tak perlu sampai ditetapkan tersangka karena perbuatannya bukanlah seperti tindak pidana lainnya. “Dia bukan org kriminal. Dia ustadz untuk berikan kajian. Dia datang ke sini berikan pemahaman,” tambahnya.
Di sela penahanannya, HF sempat mengucapkan permohonan maaf kepada masyarakat melalui awak media. Ucapan permohonan maafnya itu ia sampaikan secara singkat dan lancar.
“Kepada seluruh masyarakat Indonesia yang saya cintai, kiranya apa yang pernah kami lakukan dalam video itu dapat menyinggung perasaan saudara, kami minta maaf sedalam-dalamnya,” katanya di Mapolda Jatim, Jumat (14/1/2022).
Apakah yang dilakukan oleh HF adalah sebuah kesalahan dan tindak kriminal? Apakah memang benar anggapan HF bahwa sajen dapat menimbulkan murka Allah? Lantas apakah hakikat sajen dan sesajen? Bagaiama pula kita harus menyikapinya? Rangkaian tulisan pada Majalah Tabligh edisi kali ini akan mengulas persoalan ini dari berbagai perspektif.
HAKIKAT SAJEN
Sajen/ sa.jen/ sajén/ menurut KBBI adalah makanan (bunga-bungaan dan sebagainya) yang disajikan kepada orang halus dan sebagainya. Sementara itu, sesajen adalah tindakan atau praktek budaya untuk menyajikan sajen.
Menurut sebagian kalangan, budaya sesajen menjadi salah satu contoh akulturasi budaya Hindu-Islam. Kebudayaan ini menjadi identitas masyarakat lokal. Kebudayaan sesajen menjadi identitas dan akulturasi serta dianggap sebagai kearifan lokal. Akan tetapi hal ini bertolak belakang dengan budaya dan syariat Islam berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadis Maqbulah.
Salah satu unsur tradisi spiritual yang melekat di tanah Jawa adalah sesaji yang digunakan untuk persembahan kepada Dzat Ilahi dan juga makhluk-makhluk halus lainnya. Akan tetapi ritual ini dipandang sangat aneh ketika dihadapkan dengan modernisasi dan globalisasi. Bagi mereka yang mempercayai, ritual sesajen berfungsi sebagai jembatan penghubung antara dunia manusia dengan Tuhan. Aktivitas ini merupakan suatu upaya untuk mencapai keselamatan dalam hidup. Serta menjadi suatu ritual adat istiadat masyarakat. Dalam Bahasa Agama, kita mengenal istilah ibadah dan tawasul ketika membahas persoalan ini.
Munculnya kebudayaan seperti ini memang tidak terlepas dari unsur budaya Hindu yang melekat di masyarakat Indonesia; khususnya di wilayah Jawa dan Bali. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk, terdiri berbagai macam suku dan memiliki berbagai macam tradisi yang masih dipertahankan dan dilestarikan.
Kebudayaan itu mulai luntur dan bercampur dengan kebudayaan yang baru masuk yaitu Islam yang masuk melalui seluruh aspek kehidupan dengan damai, sehingga menyebar luas di seluruh Indonesia. Kebudayaan ini berakulturasi menjadi kebudayaan baru dimana ajaran Islam diwarnai oleh zaman sebelumnya yaitu Hindhu dan Budha. Di dalam Islam pun terdapat aliran yang menggunakan mistis sebagai media penyebaran agama dan dinamakan dengan tasawuf.
Worldview Animisme dan Akidah Islam
... baca selengkapnya di Majalah Tabligh edisi Februari 2022.
KOMENTAR