“Hubbul Wathan dan nahi mungkar itu dapat ditemukan dari sumber ajaran Islam dan praktek sejarah umat Islam dari dulu hingga sekarang,” demikian menurut Doktor Teungku Andri Nirwana, Kolumnis Rubrik Tafsir Majalah Tabligh ketika ditanya soal peran umat Islam dalam perjuangan kemerdekaan.
Tanpa bermaksud mengglorifikasi umat Islam dan menafikan umat yang lain,
Irham Wibowo menyatakan, perjuangan kaum Muslimin dalam menegakkan bendera
Merah Putih dan memerdekakan bangsa Indonesia tidak bisa lagi dianggap sebelah
mata. Tidak bisa lagi dihitung jasad pejuang Muslim yang gugur di medan laga,
merelakan dirinya menjadi martir dalam jihad fisabilillah demi
kemerdekaan Indonesia. Perjuangan yang berdarah-darah adalah wujud ikhtiar umat
Islam bersama seluruh komponen bangsa agar Nusantara tidak menjadi koloni
bangsa imperialis dan meneguhkan posisi pribumi sebagai pemilik sah republik
ini.
Menurut Irham yang aktif sebagai mubaligh
di Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Umbulharjo, selain dari medan
pertempuran, para cerdik pandai hingga alim ulama bekerja dalam keheningan
untuk mencerdaskan bangsa. Dari tangan mereka kelak lahir menjadi
petarung-petarung handal di meja perundingan seperti: H. Agus Salim, Moh.
Natsir, Syafruddin Prawiranegara, dll.
Bahkan menurut Muhammad Nasri Dini, penggerak dan pionir kemerdekaan adalah
umat Islam, tokoh-tokohnya dari kalangan ulama dan santri yang menggerakkan
rakyat. Kalimat takbir penyemangatnya. Nasri yang saat ini menjabat sebagai
Kepala SMP Imam Syuhodo berpendapat bahwa: jargon MERDEKA ATAU MATI
adalah terjemahan para kiai terhadap slogan perjuangan mujahidin ISYKARIMAN
AW MUTSYAHIDAN.
Akan tetapi saat ini kondisi bangsa Indonesia saat ini menurut Ustadz Andri
seperti “sebuah belanga yang berisi kuah ikan tapi yang pegang centongan
nya orang lain”; Merdeka tapi tak berdaulat! Sementara itu, dalam pandangan
Irham Wibowo, secara de
facto kemerdekaan bagi seorang Muslim adalah dirinya secara leluasa bisa
menjalankan segala macam perintah Tuhan-nya. Kemerdekaan hakiki bagi seorang
Muslim adalah kebebasan bagi dirinya untuk melaksanakan hukum Ilahi dalam
bermuamalah, beribadah, hingga menjalankan pemerintahan.
Dalam Jajak Pendapat Umum mengenai Kedaulatan dan Kemerdekaan yang dirilis
Majalah Tabligh, tidak sedikit yang berpendapat bahwa saat ini kita tidak
merdeka atau berada dalam tekanan (baca: ancaman).
Ancaman Terhadap Kemerdekaan
Menurut Irham, ancaman riil yang bakal menimpa bangsa Indonesia tidak lagi
berbentuk invasi pasukan bersenjata yang hendak merebut kedaulatan negeri ini,
namun lebih berwujud perang kemajuan teknologi. Bentuk-bentuk serangan kini
lebih berwujud siber. Ditambah dengan kapasitas angkatan bersenjata dan
alutsista yang mumpuni, bisa dipastikan negara yang tidak punya keunggulan
tersebut bakal jadi bulan-bulanan. Terbukti banyak negara di Afrika yang kini
mempersilakan teritorialnya untuk dijadikan markas armada militer asing.
Oleh karena itu patut untuk diwaspadai
bagi Indonesia, jangan sampai kecolongan dan kalah modern alutsista termasuk
kekuatan siber dan intelijennya. Tak lupa, rakyat juga harus diedukasi dengan
penanaman nilai-nilai cinta tanah air.
Sementara menurut Ustadz Nasri yang juga aktif di Majelis Tabligh PCM Blimbing-Sukoharjo,
kedaulatan Indonesia terancam dari para
penguasanya yang lebih memihak asing daripada rakyatnya. Penerapan hukum juga
nampaknya lebih menguntungkan asing dan pro asing, serta merugikan rakyat.
..Selanjutnya bisa dibaca pada edisi cetak..
KOMENTAR