Seorang teman mengatakan, bahwa saya yakin sekali bahwa Allah Maha Pemberi Rezeki (al-Razaaq), setiap yang melata di muka bumi ini sudah ada yang menjamain rezekinya. Dia pernah mengalami kelaparan, tiba-tiba ada saja yang datang mengantarkan makanan. Disitulah saya semakin yakin, bahwa rezeki itu akan datang sendiri, tanpa harus mengejar-ngejarnya, karena Allah sudah menjamin, ungkapnya.
Dalam hal yang berbeda, agaknya teman tadi juga harus tau, bahwa banyak pula orang yang kelaparan atau kehausan, seakan tiada siapa-siapa yang akan menjamin rezekinya. Banyak orang yang sakit busung lapar, dehidrasi (kekurangan cairan tubuh) seperti yang sering terjadi di daerah tandus, kemarau dan daerah konflik. Apakah layak kita berkata, bahwa yang kelaparan dan kehausan itu karena tidak ada yang menjamin rezekinya? tentu tidak,... kawan.
Dua peristiwa yang berbeda itu itu perlu penjelasan yang komprehensif. Tidak berfikir sepotong-sepotong. Karena kehidupan ini merupakan suatu kesinambungan dan terintegrasi satu sama lainnya. Cacing manggaleong di tanah sudah dijamin rezekinya, yaitu tanah itu sendiri. Tapi cacing itu, dari zaman purbakala sampai zaman sankakala, hanya bisa makan tanah itulah. Dia tidak akan bisa mengolah tanah itu agar lebih berkualitas, agar lebih enak dan gurih, atau agar lebih sesuai kondisi.
Ikan hidup di air sudah dijamain rezekinya oleh allah berupa air itu sendiri, atau plangton-plangton atau rumput laut atau atau ikan yang lebih kecil. Ikan hanya memakan apa yang dia dapat, dia tidak akan dapat memproduksi atau menyimpan makanan untuk esok atau lusa. Begitu juga monyet di hutan hanya memakan daun-daun dan buah buahan, serta membuat sarang di pohon. Betapapun monyet dikatakan hewan yang paling cerdas, akan tetapi dia tidak bisa membuat peradaban. Dia tetap monyet sejak zaman purbakala sampai zaman sangkakala.
Manusia zaman purbakala juga hidup apa adanya, beda-beda tipis dengan cara hidup makhluk lainnya. Mereka memakan daun-daunan, buah-buahan, berburu binatang dan memakan mentah-mentah, minum air yang mengalir. Rezeki manusia zaman purbakala tak ubahnya dengan rezeki makhluk lain yang berkeliaran di alam semesta ini. Mereka semua menikmati rezeki yang diberikan Allah SWT,. Karena Allah sudah menjamin rezeki setiap makhlum yang melata di muka bumi. Sebagaimana firman Allah :
“Dan tidak satupun makhluk yang berjalan di muka bumi, melainkan Allah yang menjamin rezekinya” [Q.S. Huud : 6]. Namun manusia tidak sama rezekinya antara yang satu dengan yang lainnya, melainkan ada yang lapang dan ada yang sempit. “Allah yang melapang rezeki bagi siapa yang dikehendakiNya diantara hamba-hambaNya, dan dia pula yang menyempitkan baginya....” [Q.S. al-Ankabuut: 62].
Rezeki itu ada yang baik dan halal, dan ada pula yang buruk dan haram, maka Islam mengajarkan agar memilih rezeki yang baik dan halal. Rasulullah menjelaskan tentang hal ini : “ Wahai manusia bertaqwalah kepada Allah, dan pilihlah cara yang baik dalam mencari rezeki, karena tidaklah suatu jiwa akan mati hingga terpenuhi rezekinya, walau lambat rezeki itu sampai kepadanya, maka bertaqwalah kepada Allah dan pilihlah cara yang baik dalam mencari rezeki, ambillah rezeki yang halal, dan tinggalkanlah rezeki yang haram. [HR Ibnu Majah, dan Syekh albani menshahihkannya].
Disisi lain Allah juga menyuruh manusia untuk mencari rezeki, dan mengingatkan bahwa rezeki akan diberikan sesuai usaha manusia. Firman Allah yang artinya: “ dan tidaklah manusia mendapatkan apa-apa kecuali apa yang dia usahakan [Q.S. An-Najm: 39]. Pada ayat yang lain “Apabila shalat telah selesai kamu laksanakan, maka bertebaranlah di bumi, carilah rezeki allah, ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung” [Q.S. al-Jumu'ah: 10].
Sebenarnya manusia bisa meniru cara hidup makhluk lain, dalam hal mencari rezeki. Manusia bisa bertahan hidup dengan menghirup oksigen, meminum air mengalir, memakan daun-daun dan buah-buahan. Cuma perlu diingat, manusia punya keinginan, manusia punya hasrat serta punya cita-cita. Untuk memenuhi keinginan, hasrat dan cita-cita, manusia perlu lebih maju dari hewan.
Dari uraian singkat diatas dapat dipahami bahwa cara memperoleh rezeki itu ada 2, yaitu rezeki yang sudah dijamin oleh Allah. Itulah Rezeki Asasi. Semua makhluk yang melata di bumi dijamin dapat rezeki tersebut, seperti cahaya matahari, oksigen, air mengalir, tumbuhan, buah-buahan, dll. Kemudian rezeki yang harus diusahakan, itulah Rezeki Ikhtiari. Seseorang yang akan mendapatkan rezeki itu hanyalah yang berusaha, Seperti mencari makanan yang bergizi dan higienis, pakaian yang baik dan bagus, rumah yang layak, dll. Jika ingin mendapat rezeki yangg lebih baik maka berusahalah. Wallahu a’lam. (FrenS).
Oleh, Fakhrurazi Reno Sutan
(Kaprodi Hukum Keluarga Islam Fakultas Agama Islam UMJ, Wasek. Majelis Tabligh PP. Muhammadiyah)
Mantap bii kerenn👍🏻👍🏻
BalasHapusmakasih
BalasHapus