Dalam buku Shahih Jami' As-Shaghir Hadist no. 5718 oleh Al Bani yang bersumber dari manuskrip Imam Suyuthi terdapat sebuah hadist dari Abu Umamah:
وقال صلى الله عليه وسلم: «ما من رجل يلي أمر عشرة فما فوق ذلك إلا أتى الله عز و جل مغلولا يوم القيامة يده إلى عنقه فكه بره أو أوبقه إثمه، أولها ملامة وأوسطها ندامة وآخرها خزي يوم القيامة
Tidaklah seseorang menjadi pemimpin 10 orang atau lebih kecuali mereka akan datang menemui Allah dalam kondisi tangannya terbelenggu ke lehernya, belenggu tersebut akan dilepaskan oleh kebaikannya atau bertambah kuat lantaran perbuatan dosanya. Kekuasaan, awalnya adalah celaan, tengahnya penyesalan dan akhirnya adalah kehinaan di hari Kiamat. (HR. Ibnu Majah dan Muslim dari Abu Umamah).
Penjelasan :
Kekuasaan dalam bentuk pangkat dan jabatan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara adalah sesuatu yang sangat dicintai dan dikejar-kejar oleh banyak orang yang kadang-kadang juga menghalalkan segala cara, antara lain dengan melakukan persekongkolan dalam kebohongan, jual beli suara, suap politik, janji-janji palsu dan lain-lain.
Banyak permasalahan yang terjadi di masyarakat dari konflik yang bersifat pribadi sampai kepada perpecahan antar kelompok, golongan dan partai diawali dari adanya ambisi kekuasaan dan sikap hegemoni yang berlebihan untuk mempertahankan jabatan dan kekuasaan.
Tidak jarang terjadi perebutan kekuasaan di sebuah negara berujung kepada konflik yang menimbulkan korban tidak saja harta tetapi juga jiwa, saling membunuh satu sama lain. Kadang-kadang juga yang menjadi korban adalah para pengikut, orang-orang kecil dan rakyat jelata yang dimanfaatkan oleh kelompok elit tertentu untuk mendapatkan kekuasaan, dan setelah meraih kekuasaan malah mereka mengkhianati rakyat yang telah mendukungnya untuk memperoleh jabatan dan kekuasaan yang diinginkannya itu.
Ironi memang kekuasaan itu. Sekalipun sejarah telah banyak bercerita dan fakta banyak yang berbicara bahwa tidak sedikit para penguasa yang berujung dengan tragis, seperti Saddam Husein di Iraq, Moammer Khadafi di Libya dan banyak lagi yang lain, mereka turun dengan kondisi yang sangat tragis. Tetapi tetap saja kekuasaan itu selalu menggoda dan tampak indah, sehingga banyak orang yang merindukannya. Pada hal Rasulullah SAW memberikan pesan dan pelajaran yang jelas, bahwa kekuasaan itu awalnya adalah celaan, tengahnya penyesalan dan akhirnya kehinaan.
Nabi Muhammad SAW mengingatkan, jika kekuasaan itu tidak ditunaikan dengan baik dan amanah serta jauh dari prinsip-prinsip kebenaran dan keadilan, maka para penguasa itu nanti akan kembali kepada Allah SWT dengan tangan terbelenggu, semakin banyak keburukan dan kejahatan yang dilakukannya, maka semakin kuatlah belenggu itu mengikatkan tangannya ke lehernya, nauzubillah.
Kemudian sebuah hadist yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, dari Ibnu Umar radiyallahu 'anhu, dia berkata,
قَلَّمَا كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم يَقُوْمُ مِنْ مَجْلِسٍ حَتَّى يَدْعُوَ بِهؤُلاَءِ الدَّعَوَاتِ لأَصْحَابِهِ: اللّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا يَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيْكَ، وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ، وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا. اللّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا، وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا، وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا، وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا، وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِي دِيْنِنَا، وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا، وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا.
"Jarang sekali Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam langsung berdiri meninggalkan majelis hingga beliau berdoa untuk para sahabatnya dengan doa ini (yang artinya), 'Ya Allah, jadikanlah untuk kami bagian dari rasa takut kepadaMu yang dapat menghalangi kami dari perbuatan maksiat (kepadaMu). Jadikanlah untuk kami bagian dari ketaatan kepadamu yang dapat menyampaikan kami kepada surgamu. Jadikanlah untuk kami bagian dari rasa keyakinan yang dengannya Engkau meringankan kami dalam menghadapi musibah dunia. Ya Allah, berilah kenikmatan kepada kami dengan pendengaran, penglihatan, dan kekuatan kami selama Engkau menghidupkan kami, jadikanlah ia tetap ada pada kami, jadikanlah pembalasan kami kepada orang yang menzhalimi kami, berilah kami kemenangan atas orang yang memusuhi kami, janganlah Engkau jadikan musibah (yang menimpa) kami mempengaruhi agama kami, janganlah Engkau jadikan dunia sebagai tujuan terbesar dan puncak ilmu kami, dan janganlah Engkau jadikan orang yang tidak menyayangi kami (orang kafir dan orang zhalim) sebagai orang yang menguasai kami'.”
Peringatan :
Para penguasa yang menzalimi rakyatnya dengan berlaku tidak adil dan sewenang-wenang, melakukan perbuatan yang merugikan negara dengan cara korupsi serta membiarkan tindakan kejahatan dan kemaksiyatan dalam negeri, maka penguasa tersebut bersiap-siaplah untuk turun dengan segala kehinaan, terhina di dunia dan di akhirat.
Nashrun Minallahi Wa Fathun Qarieb
Risman Muchtar
KOMENTAR