Lulus sebagai Sarjana Arsitektur Universitas Indonesia, Reynhard melanjutkan studi S2 di Manchester University jurusan Sosiologi. Saat kasusnya terungkap, pria kelahiran 19 Februari 1983 ini sedang menyelesaikan studi Huma Geography di Universitay of Leeds untuk gelar PhD.
Dari hasil pemeriksaan, diketahui Reynhard telah memperkosa sekitar 190 pria dan merekam tindakan asusilanya. Selama beberapa pekan di awal tahun 2020 wajah dan berita Reynhard memenuhi halaman media cetak dan elektronik. Menurut sebagian kalangan, ini adalah kasus terbesar dalam sejarah persidangan di Inggris. Indonesia memiliki prestasi negatif dan kasus besar yang memalukan!
Tapi apakah benar kasus ini yang terbesar dan paling menjijikan? Laman Wikipedia Indonesia mencatat ada 3 Predator Seksual yang tidak kalah mengerikan.
Para Predator Seksual
Sebut saja Andri Sobari (lahir Sukabumi, 1990) atau lebih dikenal dengan nama Emon. Ia adalah predator seksual yang melakukan tindakan sodomi terhadap sekitar 100-an orang anak. Emon mengaku memulai tindakan sodomi sejak berusia 15 tahun dan kerap mencatat nama-nama korbannya.
Menurut Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait, Emon merupakan seorang pedofilia karena hanya tertarik secara seksual kepada anak-anak saja. Perlu dicatat, menurut kuasa hukumnya, Emon melakukan tindakan sodomi karena pernah menjadi korban sodomi yang dilakukan oleh orang lain. Penyimpangan orientasi seksual dalam kasus ini disertai pedofilia.
Kasus Emon meledak di saat kasus kekerasan seksual terhadap murid TK di Jakarta International School (JIS) tengah meresahkan masyarakat. 6 petugas kebersihan di sekolah elit itu menjadi tersangka kasus pelecehan seksual, terhadap seorang murid TK dan korbannya diduga lebih dari 1 (satu).
Belakangan diketahui William James Vahey, buronan paedofilia biro investigasi federal Amerika Serikat (FBI) yang korban mencapai 90 anak di berbagai negara, juga pernah 10 tahun bekerja di JIS. Mengerikan!
Ada lagi Very Idham Henyansyah, atau dikenal dengan sebutan Ryan Jombang (lahir 1 Februari 1978). Ryan adalah seorang Gays yang menjadi tersangka pembunuhan berantai di Jakarta dan Jombang. Kasusnya mulai terungkap setelah penemuan mayat termutilasi di Jakarta. Setelah pemeriksaan lebih lanjut, terungkap pula bahwa Ryan telah melakukan beberapa pembunuhan lainnya dan dia mengubur para korban di halaman belakang rumahnya.
Korban-korban awal yang dibunuh Ryan modusnya terkait dengan asmara. Penyimpangan orientasi seksual diiringin dengan mutilasi. Total korban dalam kasus pembunuhan Ryan Jombang ini mencapai 11 orang.
Sementara itu, Baekuni (lahir 1961) atau yang lebih dikenal sebagai Babe adalah seorang tersangka pembunuhan berantai disertai dengan mutilasi dan pelecehan seksual terhadap beberapa anak laki-laki.
Babe hidup menggelandang di Lapangan Banteng sampai suatu hari ia disodomi paksa oleh seorang preman. Kenangan pahit tersebut membuat pria homoseksual ini mengidap pedofilia di samping sebagai pengidap nekrofilia situasional. Hingga akhirnya, Babe juga menjadi pelaku sodomi, dan bahkan mutilasi.
Babe diduga telah melakukan sodomi terhadap anak jalanan sejak tahun 1993 dengan rentan usia antara 4 hingga 14 tahun. Baekuni tertangkap setelah adanya pengaduan dari salah satu orang tua korban yaitu korban yang bernama Ardiansyah yang pada saat itu berusia 9 tahun yang menghilang. Ardiansyah sendiri ditemukan tewas terpotong-potong pada tanggal 8 Januari 2010 dan kepalanya ditemukan sehari kemudian. Pengadilan menyatakan bahwa Babe bersalah telah membunuh 14 anak laki-laki dan memutilasi empat diantaranya.
Babe juga diduga terlibat atau menjadi dalang dibalik kasus sodomi yang fenomenal : Robot Gedek. Robot Gedek alias Siswanto melakukan aksi bengisnya dalam kurun waktu 1994 sampai 1996. Korbannya delapan anak jalanan di Jakarta. Empat mayat korban ditemukan di Kemayoran, Jakarta Pusat, sisanya di Pondok Kopi, Jakarta Timur. Kondisi mereka seragam; bekas jeratan di leher, sayatan di perut, dan anusnya terdapat bekas luka terkena benda tumpul.
Bahaya Mengancam Generasi
Masih banyak kasus semisal dan beragam modus, yang hampir semua mengerucut pada upaya pelampiasan hasrat seksual yang menyimpang. Para predator sodomi yang notabene adalah kaum homoseks sudah sangat meresahkan. Tidak hanya menimbulkan korban jiwa dan trauma psikis berkepanjangan, para predator homo ini juga dapat melahirkan para predator baru. Terbukti dari banyak kasus, biasa para pelaku sebelumnya adalah korban yang tidak teridentifikasi dan tidak direhabilitasi.
Setelah menjadi predator, jiwa buas dan ingin memangsa serta melampiaskan hasrat sulit dibendung. Bahkan ada seorang guru di Kabupaten Tebo, Jambi ‘memaksa’ 23 siswanya untuk melakukan sodomi terhadap dirinya, dengan iming-iming nilai bagus. Diantara mereka ada yang sampai berulang 7 kali. Bisa dibayangkan bagaimana 23 orang pelajar tingkat SMP tiba-tiba memiliki pengalaman oral seks, dan melakukan (menjadi pelaku/subyek) sodomi. [Laporan Polisi nomor: LP/ B-10/ IX/ 2019/ Jambi/ Res Tebo/ Sektor Muara Tabir, tgl 13 September 2019]
Penyimpangan orientasi seksual ini, secara otomatis akan menimbulkan kerusakan sosial dan budaya. Bagaimana tidak, jika laki-laki nantinya tidak mau menikahi lawan jenisnya? Tentu peradaban manusia akan punah secara perlahan tapi pasti.
Bagaimana nasib generasi 10 – 20 tahun kedepan, jika jumlah Gay semakin banyak. Pasangan Gay tentu bukan pasangan yang normal dan sehat. Pelaku homoseks juga sudah banyak terbukti melakukan tindakan-tindakan diluar batas kewajaran, dan batas kemanusiaan. Masyarakat harus mulai khawatir dan meningkatkan kewaspadaan. Perhatikan situasi sosial dan perkembangan LGBT.
Indonesia, Darurat Homoseks
KPA (Komisi Penanggulangan HIV/AIDS) Kota Bogor, memiliki data, hasil investigasi timnya di 6 kecamatan di Kota Bogor. Mengejutkan! Dalam kurun waktu 10 hari, mereka menemukan data 1.072 (seribu tujuh puluh dua) orang LSL (Laki-laki suka laki-laki) di 6 kecamatan, dengan mayoritasnya remaja usia sekolah menengah. Beberapa tahun sebelumnya (tahun 2015) PojokJabar.com memberitakan bahwa Gay di Kota Bogor berjumlah 2.672.
Zulkifli Hasan, yang saat itu menjai Ketua MPR, mengungkapkan bahwa awal tahun 2018, LGBT di Indonesia beberapa tahun belakangan ini hampir mencapai 40 persen. Sementara itu, TribunNews awal tahun 2019 melaporkan berdasarkan data PemProv, bahwa Angka LGBT di Sumatera Barat mencapai 18.000 orang.
Komisi Penanggulangan AIDS Kota Depok ada peningkatan jumlah gay di Kota Depok. Tercatat tahun 2014 ada 4.932 Gay dan pada tahun 2019 bertambah menjadi sekitar 5.791 Gay. Sedangkan berdasarkan data Dinas Sosial Kota Depok, 114 dari 222 orang penyakit HIV pengidap penyakit HIV adalah para Gay. Data tersebut didapat dari organisasi dan Puskesmas yang bermitra dengan Dinsos Depok sepanjang Januari hingga Maret tahun 2017.
Detik.com melaporkan catatan Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, bahwa sepanjang 2019 ada penambahan jumlah penderita HIV/AIDS karena perilaku hubungan pria sesama jenis. Catatan Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi sepanjang 2019, jumlah penderita HIV/AIDS bertambah 105 pasien, di mana perilaku hubungan pria sesama jenis atau gay menjadi penyebab tertingginya.
Jika mengingat kebiasaan yang sering terjadi, maka korban – akan sangat berpotensi – menjadi pelaku. Sementara tingkat kebejatan dan kebuasan ketika seseorang menjadi predator tidak bisa dibayangkan atau diukur. Boleh jadi jumlah predator seks akan meningkat dari tahun ke tahun secara deret ukur. Innalillah wa inna ilahi raji’un! [mrh]
KOMENTAR