يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18).
Ibn Katsir mengatakan; ayat ini adalah perintah untuk bertaqwa, dan taqwa disini adalah melaksanakan apa saja yang diperintahkan Allah dan meninggalkan apa saja yang dilarang-Nya. Selain sebagai perintah Allah, taqwa juga menjadi pembeda antara para sahabat dan musyrikin quraisy, “Katakanlah: ‘Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?’ Maka mereka akan menjawab: ‘Allah.’ Maka katakanlah ‘Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya’)?" (QS. Yunus: 31).
Imam al-Mawardi berkata, “Hai orang-orang yang beriman”, hendaknya kamu mendengarkan seruan ini dengan baik, karena bisa jadi seruan ini adalah kebaikan yang kamu diperintah untuk mengerjakannya atau keburukan yang kamu dilarang mengerjakannya. Setelah Allah menyeru dengan seruan terbaik, “Hai orang-orang yang beriman”, selanjutnya Allah memerintahkan, “Dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok yakni akhirat.” Ibn katsir menasirkannya dengan ungkapan,
حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا، وَانْظُرُوا مَاذَا ادَّخَرْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ مِنَ الْأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ لِيَوْمِ مَعَادِكُمْ وَعَرْضِكُمْ عَلَى رَبِّكُمْ
Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab nantinya, dan perhatikanlah bekalan apa yang telah kalian siapkan untuk diri kalian; berupa amal-amal shalih untuk menghadapi hari .
Hendaklah masing-masing jiwa bertanya kepada dirinya; bekalan apa yang sudah disiapkan untuk menghadapi pengadilan Allah. Bekalan apa saja yang telah disiapkan untuk menghadapi hari hisab. Pada hari itu, setiap jiwa dapat melihat catatan amalnya, maka bekalan amal shalih apa yang sudah disiapkan? Allah mengingatkan, “(Ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya; dan Barangsiapa yang diberikan kitab amalannya di tangan kanannya Maka mereka ini akan membaca kitabnya itu, dan mereka tidak dianiaya sedikitpun. Dan Barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar).” (QS. Al-Isra: 71-72).
Hendaklah masing-masing jiwa bertanya kepada dirinya; bekalan apa yang sudah disiapkan. Pada hari itu, setiap jiwa sangat berharap timbangan kebaikannya lebih berat dibandingkan timbangan keburukannya. Pada hari itu setiap jiwa khawatir jikalau timbangan amalan buruknya lebih berat. Karenanya, bekalan amal shalih apa yang sudah disiapkan? Allah mengingatkan, “Barangsiapa yang berat timbangan [kebaikan] nya maka mereka itulah orang-orang yang dapat keberuntungan. (102) Dan barangsiapa yang ringan timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahannam. (103) Muka mereka dibakar api neraka, dan mereka di dalam neraka itu dalam keadaan cacat.” (QS. Al-Mukminun: 102-104):
Menjaga Nilai Ketakwaan
Karenanya, Allah mengingatkan seluruh orang-orang beriman agar bertaqwa kepada-Nya dan menutup usianya di atas taqwa dan iman. Dalam surat Ali Imran ayat 102 Allah mengingatkan: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.”
Pada ayat tersebut Allah memerintahkan satu hal, dan pada saat yang bersamaan melarang satu hal pula. Allah memerintahkan agar bertaqwa dengan sebenar-benaranya taqwa, dan melarang mati di atas ketidakberiman kepada-Nya, “Dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam, dalam keadaan beriman kepada-Nya, seraya tunduk berserah diri mengamalkan seluruh perintah-Nya dan menauhi seluruh larangan-Nya.” Ini pula makna sabda Rasulullah, “sesungguhnya amalan tergantung dengan khotimahnya.” (HR. Muslim).
Mudah-mudahan Allah memberikan kekuatan kepada kita semua untuk selalu bertaqwa kepada-Nya, dan memberi kita husnul khotimah. Amin.[mrp]
KOMENTAR